8.10.12

1- Suatu Hari di Bulan Mei (Dari buku "Kisah Lainnya" Catatan 2010-2012)

1- Suatu Hari di Bulan Mei (Dari buku "Kisah Lainnya" Catatan 2010-2012)
Pada suatu malam di sekitar bulan Mei 2012, saya tengah berada dalam sebuah rapat untuk membicarakan rencana peluncuran album terbaru Peterpan. Hadir dalam rapat itu, antara lain, Mas Gumilang Ramadhan, salah satu directur Musica Studio's, Bang Budi Suratman, Manajer Peterpan, dan Reza, Drummer Peterpan. Personel lain tidak bisa ikut ambil bagian karena memiliki kesibukan lain yang tidak bisa ditinggalkan.

Rapat sedikit terganggu oleh bisikan Kindi, asisten pribadi saya. Wajahnya tampak serius saat membisikkan kabar ke telinga saya. Kabar yang mencuri sedikit konsentrasi saya. Saya menoleh ke arah Kindi, dan spontan berkata, "Ah, itu pasti hoax!" Kindi terdiam sebentar lalu meninggalkan saya.
Sayapun melanjutkan rapat dan argumentasi yg sempat terputus. Namun, setelah 20 menit, Kindi kembali menghampiri saya. Kali ini wajahnya lebih serius daripada sebelumnya. Tidak ada kata yg terucap kali ini. Dia hanya menyodorkan handphone-nya ke tangan saya, dan lewat mimik wajahnya mempersilakan saya untuk melihat layar handphone itu. Seketika suasana di kepala saya berubah.

Saya menjauh dari kebisingan rapat. Tempat itu ramai, tapi saya merasa sunyi.

Untuk beberapa saat saya merasakan nafas saya tertahan. Lalu saya merasakan kepala saya hendak meledak. Saya menarik nafas panjang dan membuangnya keras-keras hingga semua yang ikut rapat melihat ke arah saya.

Saya yakin, melihat wajah saya, peserta rapat langsung dapat menerka ada masalah sangat serius yang tengah saya hadapi. Saya sendiri juga melihat ada masalah besar di hadapan saya sejak malam itu.

Dalam hitungan hari, masalah yg saya hadapi itu menjadi percakapan semua orang, menjadi headline di media cetak dan elektronik, diberitakan hampir setiap jam oleh media online.

Pikiran saya makin kacau. Saya menghabiskan waktu di rumah, bertanya pada diri sendiri dan mencoba mencari jawaban atas semua yang terjadi. Berbagai pemikiran tentang banyak hal berputar di kepala saya. Otak saya bekerja sangat keras, berpacu dalam lingkaran dan tidak menemukan jalan keluar.

Sedikit saya memutar waktu, melamun, menyusuri kehidupan saya beberapa bulan kebelakang. Masa-masa dimana saya mengalami insomnia yang parah. Masa-masa saya banyak mengalami kekosongan jiwa, yang kadang hanya bisa tertolong dengan adanya kegiatan Peterpan atau bersama kekasih. Kehidupan saya nyaris tanpa tujuan.

Saya ingat, suatu waktu beberapa bulan sebelumnya, saya melakukan shalat dan berdo'a; hal yang jarang saya lakukan. Saya ingat berdo'a demikian: "Tuhan, jangan lupakan saya, jangan biarkan saya lepas tanpa arah."
Lalu, saya kembali ke hari ini.

Badan saya lemas, tidak mampu berdiri. Saya mencoba untuk hidup. Badan saya mencoba untuk tetap menjalani hari, namun ia berjalan seperti robot; sekedar makan dan minum. Terkadang saya hanya berbaring di lantai. Kata yang keluar dari mulut saya hanya pertanyaan: "Tuhan, tolong.... Apa gerangan yang terjadi?"

Pada hari-hari itu orang dekat saya mencoba mengajak saya untuk bertukar pikiran, baik untuk mencari solusi ataupun hanya sekedar meringankan beban. Ketika seorang teman menganjurkan saya untuk menghubungi pengacara, saya malah balik bertanya, "Pengacara? Mengapa saya membutuhkan pengacara?" Pertanyaan itu muncul karena sejauh ini gambaran yang ada di kepala saya adalah menunggu polisi menangkap orang yang telah dengan sengaja mengunggah data itu ke dunia maya.

Namun, pada pekan-pekan itu keadaan berubah-ubah tanpa arah dan berlangsung begitu cepat. Terlalu banyak intervensi, spekulasi, dan lain-lain di luar sana.

Akhirnya, saya memutuskan mengikuti saran untuk mendapatkan seorang pengacara. Seiring dengan keputusan itu, saya menjadi orang yang paling dicari aparat kepolisian. Paling tidak, selama dua hari terakhir, saya harus mencari tempat untuk menghilang sebelum akhirnya menyerahkan diri.

Selepas tengah malam, tanggal 23 Juni 2010, saya meninggalkan persembunyian, bergegas menuju lapangan parkir sebuah hotel di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. Di sana sudah menunggu pengacara saya dan beberapa aparat kepolisian. Inilah keputusan saya; menyerahkan diri.

Sebelum saya menyerahkan diri, dua kali surat panggilan dari Barskrim (Badan Reserse dan Kriminal) Mabes Polri dialamatkan kepada saya. Dua kali pula saya memenuhi panggilan tersebut. Ketika memenuhi panggilan pertama, pada pertengahan Juni 2010, saya datang dengan kondisi kesehatan kurang prima. Suhu badan saya tinggi. Setelah diperiksa dokter, pemeriksaanpun dihentikan. Seminggu kemudian, saya kembali ke Barskrim untuk memenuhi panggilan yang kedua.

Lalu saya enerima kabar bahwa pihak berwajib akan menahan saya. Apa dasar penahanan tersebut? Saya maupun pengacara tidak mengetahui secara pasti. Karena itu, sebelum mendapatkan alasan sebenarnya, pengacara menyarankan saya untuk tiarap dulu, menjauhi sorotan publik.

Sepanjang dua hari dipersembunyian, sejumlah diskusi denga pengacara berlangsung. Berbagai hal dibahas, sejumlah alternatif ditimbang, termasuk konsekuensinya. Salah satu kekawatiran aparat berwajib untuk menahan saya juga dibahas waktu itu. Pihak kepolisian mengkawatirkan keselamatan saya, terutama karena ada pihak-pihak yang ingin mencari saya.

Selama di tempat persembunyian itu, saya melalu hari-hari yang penuh tekanan. Meski raga ini kelelahan dan mata bisa terpejam berjam-jam, pikiran tetap bekerja. Obat tidur akhirnya menjadi jalan keluar.

Saya sempat berdiskusi dengan seseorang yang bisa dibilang tokoh agama. Kami bercerita panjang lebar. Pembicaran kami menghasilkan pengertian yang baik dan juga menguatkan saya.

"Mari hadapi ini!" begitu kemudian yang ada di pikiran saya. Cukuplah semua pendapat dan pemikiran yang pernah saya dengar. Keadaan sudah semakin mendesak.

Saya coba mengumpulkan semua pikiran yang meringankan selama dalam perjalanan menuju titik rendezvouz di lapangan parkir hotel itu. Termasuk perkataan seseorang yang sempat menyejukkan. Dia bilang, "Paling hanya empat hari ditahan."

Kenyataannya, empat hari itu menjadi dua tahun satu bulan kurungan, atau lebih tepatnya 750 hari. Bila diingat-ingat, saya tesenyum dibuatnya.

Pertemuan dengan aparat kepolisian di lapangan parkir tadi hanya sebentar. Tak banyak yang terjadi saat saya berada di sana. Saya turun dari mobil yang membawa diri saya. Lantas saya mengambil waktu sebentar untuk memeluk erat-erat satu persatu orang-orang terdekat saya. Saya tahu, kami semua masih merasa berat dan masih menyimpan tanda tanya besar atas semua yang terjadi. Namun kami percaya dengan keputusan ini, sebagaimana saya percaya kepada rencana Tuhan, yang kadang sangat misterius.

 
Menjadi Tahanan Bareskrim
1- Suatu Hari di Bulan Mei (Dari buku "Kisah Lainnya" Catatan 2010-2012)
"Lalu kau injakkan kakimu untuk pertama kali di situ. Kau mencoba untuk tenang, namun jantungmu berdetak keras. Kau mencoba untuk normal, namun semua melihat wajahmu pucat. Mencoba menguatkan diri tapi tanganmu bergetar. Pukul 2 pagi ini, setelah hari yang menegangkan dan menguras semuanya, membuat badan dan pikiran berjalan tidak searah. Pikiranmu tidak lagi menguasai badanmu, dan badanmu enggan mengenali pikiranmu."
1- Suatu Hari di Bulan Mei (Dari buku "Kisah Lainnya" Catatan 2010-2012)
Setibanya di Bareskrim Mabes Polri, setelah menjalani sedikit pemeriksaan dan menandatangani beberapa berkas, berjalanlah saya menuju pintu masuk tahanan. Saya diantar seorang penyidik. Di titik ini, teman terdekat saya melepaskan pelukannya.
1- Suatu Hari di Bulan Mei (Dari buku "Kisah Lainnya" Catatan 2010-2012)
Saya melewati batas itu sambil menenteng tas berisi pakaian secukupnya. Tanpa melihat ke belakang, saya berjalan melewati puluhan orang yang memang sudah berada di sana. Beberapa dari mereka mulai berdiri, seakan menyambut kedatangan saya. Lalu terdengar ada yang menyanyikan sedikit lagu "Ada Apa Denganmu", diikuti tawa. Saya tersenyum ke arah mereka, dan merekapun tersenyum hangat. Sebuah momen pertama yang menenangkan.
To be Continue .........

Yuk Gabung: https://www.facebook.com/groups/bandnoah1/

SILAKAN SOBAT GUNAKAN FACEBOOK COMMENT di bawah ini: